Oleh: Ricardo Taufano
Akhir-akhir ini saya memiliki
masalah dalam berkonsentrasi, saya tidak tau apakah itu merupakan efek dari
banyaknya tugas yang harus saya selesaikan atau mungkin semacam kecemasan yang
tidak beralasan mengingat saya memiliki panic
disorder. Saya selalu mendengarkan musik untuk mengatasi kendala ini,
semacam relaksasi murah bermodalkan playlist di iTunes saya. Hal ini seringkali
menyelamatkan saya untuk tidak terlihat sebagai orang tolol (atau mungkin pada
dasarnya saya adalah orang yang sebenarnya tolol).
Musik dipercaya dapat membantu
konsentrasi dan memberikan efek relaksasi bagi yang mendengarkan. Banyak studi
yang membahas mengenai kaitan antara mendengarkan musik dan tingkat
produktifitas dalam bekerja. Dalam sebuah artikel yang saya baca di sebuah
situs bernama listen to the world yang
berjudul “Working With the Music On: How
to Pick the Right Music for the Right Task”, disebutkan bahwa otak manusia
bereaksi secara berbeda terkait jenis musik yang didengarkan. Untuk membantu
daya konsentrasi, musik tanpa lirik atau musik dengan lirik yang menggunakan
bahasa yang tidak kita mengerti merupakan pilihan yang baik untuk membantu
konsentrasi. I need to hear something
that I can ignore, jika diartikan secara gamblang.
Ketika kita mengerjakan sesuatu
sembari mendengarkan musik, sebenarnya otak kita bekerja secara multitasking. Kemampuan membaca dan
mengingat kita bekerja ketika kita mendengarkan musik, terutama dengan lirik
yang terdapat dalam sebuah lagu. Sebenarnya lirik dalam lagu yang kita
dengarkan dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan kemampuan menulis dan
membaca kita. Coba saja kerjakan sebuah essay
sembari mendengarkan lagu Wouldn’t it be
Nice dari grup musik The Beach Boys, nada
dan liriknya yang catchy pasti tanpa
kita sadari mempengaruhi kemampuan konsentrasi untuk menulis dan membaca.
Malam minggu kemarin, ketika
menghadiri acara Record Store Day di
sebuah venue di Kemang, seorang teman
mengingatkan saya tentang band folk legendaris asal Jepang yang bernama Happy
End ketika ia memutar lagu Natsu Nandesu dari
album Kazemachi Roman (1971) karya grup tersebut. Saya berpikir
bahwa album inilah yang perlu saya dengarkan setidaknya selama satu minggu ke
depan. Album ini, yang merupakan album kedua mereka merupakan karya yang sangat
baik dengan nuansa folk rock, ia juga menyandang peringkat pertama dalam 100 Greatest Japanese Rock Album of All Time oleh majalah Rolling Stone Japan. Track yang terdapat dalam lagu ini
benar-benar merupakan sebuah album yang tidak biasa, perpaduan antara gaya bernyanyi
folk versi Barat serta melodi Barat yang dipadu dengan melodi khas Jepang. Mulai
dari gitar akustik yang jernih seperti di lagu Kaze Wo Atsumete yang sangat menyejukkan, hingga slide gitar menggunakan pentatonic Blues dalam progresi akord dominan dalam
lagu Haikara Beautiful.
Kembali
dengan pilihan musik yang tepat terkait artikel yang saya sebutkan sebelumnya,
artikel tersebut menyarankan untuk mendengarkan lagu tanpa lirik seperti
lagu-lagu instrumental karya Lee Ritenour, Pat Metheney, atau mungkin lagu Three To Get Ready karya Dave Brubeck
Quartet dan tentu saja, lagu dengan lirik yang bahasanya tidak kita mengerti,
seperti Kazemachi Roman dari Happy
End ini, mengingat saya tidak bisa atau mengerti bahasa negeri Sakura tersebut.
Lagu-lagu dalam Kazemachi Roman yang
tentu saja menggunakan bahasa Jepang, terasa seperti angin lalu di telinga
saya, terlepas dari komposisi yang apik dan tata vokal yang harmonis. Album ini
benar-benar album yang pantas untuk didengarkan berkali-kali (sebelum saya
merasa bosan tentunya).
Bahkan ketika menulis tulisan ini,
saya sembari memutar Kazemachi Roman karya
Happy End di playlist iTunes saya. Band
yang aktif dari tahun 1969 hingga 1972 dan dijuluki “Japanese Beatles” ini sukses membuat saya setidaknya, atau mungkin
hanya perasaan saya saja, sedikit dapat berkonsentrasi terhadap tugas-tugas
akademis yang sedang saya kerjakan. Saya dapat dengan tenang menulis ataupun
membaca sembari mendengarkan musik tanpa takut akan usaha alam bawah sadar saya
untuk berusaha mengingat atau menghafal lirik yang dinyanyikan. Kemasan musik
yang apik dengan lirik yang tidak saya mengerti seolah memenuhi kebutuhan saya
akan sesuatu yang dapat saya abaikan.
I’m hearing something that I can
ignore, not to disrespect to the people who made it, but for enjoying the
ignorance to a whole new level.
N.B
: Sementara saya mengerjakan tulisan ini sembari mendengarkan Kazemachi Roman, teman sebelah kamar
saya memutar lagu-lagu dari grup Payung Teduh dengan volume yang samar-samar
terdengar hingga ke kamar saya.
0 komentar:
Posting Komentar